Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air yang dimuliakan dan dikasihi Allah. Mari kita hayati pesan pesan Allah berikut ini. Allah menyampaikan FirmanNya:
"Dan berpegang teguhlah kalian kepada tali (agama) Allah dan janganlah kalian terpecah belah, dan Ingatlah nimat Allah, sewaktu kalian dahulu (masa Jahiliyyah). Maka Allah mendamaikan hati kalian dan menjadikan kalian dengan NikmatNya bersaudara" (QS Ali Imran: 103).
"Dan apabila ada dua golongan Mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat Zalim terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang Zalim itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah. Jika golongan itu telah kembali kepada Allah maka damaikanlah antara keduanya dan berlakulah adil dan adillah. Sungguh Allah mencintai orang-orang yang berbuat adil" (QS Al Hujurat: 9).
"Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu yang berselisih dan bertaqwalah agar kamu mendapat Rahmat" (QS Al
Hujurat:10).
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim" (QS Al-Hujurat: 11).
"Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yaang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang" (QS Al-Hujurat: 12).
"Wahai manusia, sesungguhnya Kami (Allah) ciptakan kamu dari jenis laki-laki dan perempuan dan kami jadikan kalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kalian saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal" (QS Al Hujurat: 13).
Lalu Rasulullah berpesan kepada kita: dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah Shallallaahualaihi Wasallam bersabda:
"Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka janganlah menyakiti tetangganya, siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir maka hormatilah tamunya, siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka berkatalah yang baik-baik atau diamlah". Muttafaqun 'alaih.
Saudaraku, sungguh hati saya bergetar membaca pesan-pesan Allah dan RasulNya yang saya tuliskan di atas tadi. Saya sangat menyedihkan keadaan kita belakangan ini. Di mana-mana berita di mass media, TV, radio, infotainment, internet, mengabarkan memanasnya hubungan perpolitikan antara dua negara, Indonesia dan negara tetangganya Malaysia.
Baru-baru ini diberitakan perkara Manohara Pinot. Lalu kembali mengapungnya permasalahan perbatasan kedua negara di kawasan Ambalat Kalimantan. Belum lagi serentetan kasus yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Pada hakikatnya naik turunnya suhu perpolitikan antara kedua negara sudah lama sejak zaman kekuasaan mendiang Presiden Soekarno hingga hari ini. Akibat dari keadaan ini memancing amarah di kedua belah pihak sehingganya rasa cinta tanah air telah mengorbankan rasa ukhuwwah persaudaraan se-iman yang nota benenya kedua negara adalah negara yang berpenduduk mayoritas Muslim.
Sesuai dengan ayat-ayat Al Quran dan Hadits Rasulullah yang saya sebutkan di atas menjadi renungan bagi saya di manakah rasa saling mengasihi di hati nurani. Lebih sedih lagi saya membaca komentar-komentar orang-orang di kedua negara yang saling menghujat dengan "memplintir" nama negaranya, lagu kebangsaannya, dan kata-kata yang kotor, keji, yang tidak bisa diterima oleh hati nurani yang jernih.
Di balik semangat kecintaan ke tanah air itu akhirnya syaithan menunggangi rasa itu untuk membisikkan kedua belah pihak agar menggebu-gebu, bernafsu untuk menebar penghinaan, menebar kebencian. Astaghfirullahal Azhiim. Yaa Allaah, ampunilah kami yaa Rabb.
Saudara-saudaraku, pernah Rasulullah mengatakan dalam nasihat beliau yang di riwayatkan oleh Abu Dawud, salah satunya " ... ummatku terpecah-belah dengan banyak kelompok, maka kembalilah berpegang teguh kepada sunnahku ... "
Saudara-saudaraku di kedua hala negara. Berhentilah saling menghujat, menghina,
dendam, benci, hasad. Bukankah semua itu perangkap syaithan agar kita menjadi pengikutnya. Ingatlah bagaimana Rasulullah sewaktu hijrah ke Madinah. Langkah pertama yang beliau lalukan membuat Islam itu kuat ialah mempersaudarakan Anshar dan Muhajirin, mendirikan masjid sebagai pusat peradaban, lalu mempersatukan semuanya dalam shalat berjamaah, saling menasihati dalam kebaikan. Sekarang kenapa semuanya itu kita lupakan, kita asyik terpongah dengan rasa kebangsaan yang berlebihan.
Lihatlah kembali Ayat-ayat Allah di atas. Allah jadikan kita bersuku-suku,
berbangsa-bangsa agar saling mengenal. Yang paling mulia diantara kita ialah yang paling bertaqwa. Allah tak melihat siapa diri kita, keluarga kita, etnik kita, bangsa kita, kebudayaan kita, negara kita. Hanya ketaqwaan!
Ingatlah Pesan Rasulullah: Abu Hurairah, sabda Rasulullah saw, "sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa dan hartamu tetapi Ia memandang kepada hati dan perbuatanmu" (HR Muslim).
Berhentilah menghina, belum tentu yang hina itu lebih hina, justru diri kita sendiri yang lebih hina. Berhentilah membuat karikatur atau editan gambar yang menyakitkan. Berhentilah menebar kebencian, permusuhan, membuat plesetan nama negara, lagu kebangsaan.
Lihatlah di Ayat 11 dari Surah Al Hujurat itu. Kita dilarang pula panggil-memanggil dengan gelar yang buruk seperti panggilan kepada seseorang yang sudah beriman dengan kata-kata yang menyakitkan. Panggilan yang buruk dilarang diucapkan karena gelar-gelar buruk itu dapat mengingatkan kefasikan setelah beriman. Barang siapa tidak bertaubat dari memanggil dengan gelar-gelar buruk maka akan menerima konsekuensi dari Allah berupa azab pada Hari Kiamat.
Dalam ayat 12 Allah SWT memberi peringatan kepada orang-orang yang beriman. Supaya mereka menjauhkan diri dari suuzhan / prasangka buruk terhadap orang-orang beriman. Jika mereka mendengar sebuah kalimat yang keluar dari saudaranya yang mukmin maka kalimat itu harus diberi tanggapan dan ditujukan kepada pengertian yang baik.
Jangan sampai timbul salh paham. Apalagi menyelewengkannya sehingga menimbulkan fitnah dan prasangka. Kemudian Allah SWT menerangkan penyebab wajibnya orang mukmin menjauhkan diri dari prasangka yaitu karena sebagian prasangka itu mengandung dosa.
Pada ayat 13, Allah menjelaskan bahwa manusia diciptakan-Nya bermacam-macam bangsa dan suku supaya saling mengenal dan saling menolong dalam kehidupan bermasyarakat. Dan tidak ada kemuliaan seseorang di sisi Allah kecuali dengan ketakwaannya.
Dalam suatu Hadits riwayat Abu Hatim yang bersumber dari Ibnu Mulaikah berkenaan turunnya ayat ini ialah bahwa ketika fathu Makkah, Bilal naik ke atas Kabah untuk adzan. Beberapa orang berkata, "apakah pantas budak hitam adzan di atas Kabah?"
Maka berkatalah yang lain, "sekiranya Allah membenci orang ini, pasti Allah akan menggantinya". Maka datanglah malaikat Jibril memberitahukan kepada Rasulullah SAW apa yang mereka ucapkan. Maka turunlah ayat ini yang melarang manusia menyombongkan diri karena kedudukan, pangkat, kekayaan, dan keturunan dan bahwa kemuliaan seseorang di sisi Allah dinilai dari derajat ketakwaannya.
Ayat ini juga menyatakan bahwa persaudaraan Islam berlaku untuk seluruh umat manusia tanpa dibatasi oleh bangsa, warna kulit, kekayaan, dan wilayah. Melainkan didasari oleh ikatan aqidah. Persaudaraan merupakan pilar masyarakat Islam dan salah satu basis kekuatannya. "Seorang mukmin terhadap mukmin yang lainnya bagaikan bangunan yang saling mengikat dan menguatkan serta bagaikan jalinan antara jari-jemari" (HR Muttafaq'alaih dari Abu Musa r.a.).
Kembali saya ingatkan. Bagi Rasulullah SAW persaudaraan antar umat Islam adalah basis yang sangat penting sehingga hal yang dilakukan beliau adalah mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar secara formal satu dengan yang lainnya ketika hijrah ke Madinah.
Saudaraku se-iman. Bukankah kedua negara masing-masing mempunyai Umara' (pemimpin). Kalaupun ada perselisihan, mari kita serahkan kepada Umara'
masing-masing. Sudah cukup kita terpecah belah. Justru perpecahan saat ini menjadi hal yang menyenangkan bagi kaum kuffar untuk mengacaukan dunia Islam, memecah belah Islam. Kalaupun ada yang Zhalim, ketahuilah bahwa tak ada satu pun yang luput dari sepengetahuan Allah yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
Tebarkanlah kedamaian, berikan pengertian. Kalaulah Allah dan rasulnya menyeru, apa lagi yang kita sangsikan. Yaa Allah, sejahterakanlah kedua negara ini, damaikanlah kedua negara ini, karuniailah kami hati yang damai dan rasa pemaaf.
Mencintai negara (hubbul wathan) itu sangat di anjurkan. Bukan berarti harus merendahkan bangsa lain. Kita semua akan kembali kepada Allah. Akan mempertanggung jawabkan apa yang telah kita perbuat du dunia fana ini. Dunia ini hanya kehidupan 'sementara', kehidupan akhirat itu lebih baik dan kekal.